Wartawan Diduga Dihalangi Saat Investigasi, Minta Aparat Bertindak di SPBU Kerinci Kota

PELALAWAN | RADARGEP.COM – Tiga wartawan dari Pekanbaru mengalami intimidasi dan dugaan pengeroyokan saat melakukan investigasi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kerinci Kota, Pelalawan, pada Selasa (19/8/2025) malam.
Peristiwa itu terungkap setelah viral diberitakan sejumlah media lokal dan nasional yang geram atas tindakan para mafia minyak yang semakin marak.
Diketahui, kejadian ini bermula saat mereka hendak mengonfirmasi dugaan penyalahgunaan barcode untuk pengisian BBM jenis solar secara berulang.
Berdasarkan laporan masyarakat, SPBU Kerinci Kota diduga melayani pengisian BBM solar berulang-ulang bagi mobil bus dan truk tangki pada malam hari. Indikasi ini diperkuat oleh informasi bahwa SPBU tersebut telah beberapa kali mendapat teguran dari Pertamina karena kasus serupa.
Sekitar pukul 21.00 WIB, tiga wartawan—dua pria dan satu wanita—mendatangi SPBU untuk mengonfirmasi informasi tersebut kepada petugas operator.
"Maaf Bang, malam ini kami tidak melayani," ujar operator dengan nada gugup sambil meminta identitas wartawan.
Tak lama kemudian, sebuah bus tua datang dan dua orang turun untuk mengisi solar. Salah satu pengemudi bus menanyakan kehadiran wartawan dengan nada tinggi.
“Ngapain abang di sini?” tanyanya.
Para wartawan menjawab bahwa mereka tidak bermaksud mengganggu. Namun, pria tersebut terus mendesak dan mengaku sebagai pegawai SPBU.
“Kalau begitu, ngapain di sini?” tanyanya lagi.
Wartawan kemudian menjelaskan, “Maaf, Bang, kalau Abang pegawai SPBU, kenapa Abang supir bus? Dan jika Abang bertugas, seharusnya mengenakan seragam dinas, bukan kaus dan celana pendek. Kami tidak bisa memberikan jawaban kecuali kepada pegawai yang sedang bertugas.”
Mendengar ucapan tersebut, pengemudi bus itu berbalik dan menelepon seseorang sambil berkata, “Di sini ada wartawan yang menghalangi pengisian BBM, ayo kita keroyok!” Ia lalu bergegas pergi.
Beberapa saat kemudian, lima orang dengan dua sepeda motor datang dan langsung mengintimidasi para wartawan dengan kata-kata kasar.
"Ngapain kalian di sini?" bentak salah satu dari mereka.
Wartawan wanita menjawab dengan tenang, “Maaf, Bang, Abang siapa?”
"Saya pegawai SPBU. Kalian wartawan meminta uang, kan? Semua wartawan di sini meminta uang!" teriaknya.
Wartawan segera membantah tuduhan itu dan menjelaskan bahwa mereka hanya melakukan konfirmasi terkait dugaan penyalahgunaan barcode. Intimidasi berlanjut saat salah satu pria mendorong wartawan sambil melontarkan ancaman.
"Kalau kami main, kalian lapor ke polres. Kami tidak takut," katanya.
Situasi semakin memanas ketika dua orang lain datang dengan mobil, disusul oleh pengemudi bus yang tadi. Orang yang mengaku pegawai SPBU itu berteriak, “Pukul dia!”
Pengemudi bus mengayunkan tinjunya ke arah salah satu wartawan. Namun, serangan itu gagal karena wartawan wanita berteriak, "Kalau kalian main keroyok, saya lapor ke polres!"
Para pelaku menjawab, “Silakan melapor, kami tidak takut.”
Kejadian ini mencerminkan dugaan lemahnya penegakan hukum dalam menertibkan penyalahgunaan BBM serta kekerasan terhadap pers. Para wartawan yang menjadi korban berharap Kapolres Pelalawan, Pertamina, dan PPH Migas segera mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Hingga berita ini tayang, redaksi belum berhasil mendapatkan tanggapan resmi dari Polres Pelalawan dan pihak Pertamina Regional - Sumbagut Branch Riau. (**/Rd)
Komentar Via Facebook :